Wednesday, April 26, 2017

Contoh Karya Tulis Ilmiah

EKOSISTEM KOMODO
(Study Lapangan di Museum Biologi Yogyakarta)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Kegiatan Studi Lapangan dan Tugas Bahasa Indonesia Semester 4
Tahun Ajaran 2015/2016

 


 










DISUSUN OLEH :
Anggita Hayu P.
(14151303)
XI IPA 3
Frida Afni R.
(14151310)
XI IPA 3
Reni Kurniati
(14151321)
XI IPA 3
Tirta Kusumah
(14151328)
XI IPA 3

PEMERINTAH KABUPATEN PANGANDARAN
DINAS PENDIDIKAN KEBUDAYAAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMA NEGERI 1 PANGANDARAN
  Alamat : Jalan raya Babakan Telp (0265) 639355 129 Kec. Babakan  Kab. Pangandaran 46396
Terakreditasi “A”- Pelaksana Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)

2016

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

        Karya tulis yang berjudul “EKOSISTEM KOMODO


Penulis :
1.      Anggita Hayu Pangastuti.
2.      Frida Afni Ramdani.
3.      Reni Kurniati.
4.      Tirta Kusumah.


Disahkan pada tanggal : .........Februari 2016

 Mengesahkan,
Wali Kelas                                                                   Guru Pembimbing


ENUNG SITI NURJANAH,S.Pd
NIP.19760701 200312 2 006
MUHAMAD ABDORIN. S.Pd.Si
NIP.-




Menyetujui,

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Pangandaran



Drs. H. SURMAN, M.Pd
NIP. 19610204 198204 1 005






KATA PENGANTAR

Puji Syukur pantas kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami telah menyelesaikan laporan hasil Study Lapangan Ke Yogyakarta Dan Sekitarnya. Karya Tulis Ilmiah ini ditulis untuk memenuhi tugas Akhir Semester maka dari ini kami membuat Karya Tulis Ilmiah ini dengan penuh rasa syukur karena dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada :
a.       Allah SWT
b.      Bapak Surman selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Pangandaran
c.       Ibu Enung Sti Nurjanah Selaku Wali Kelas XI IPA 3
d.      Bapak Muhamad Abdorin Selaku Pembimbing
e.       Rekan-Rekan Penulis
f.       Serta seluruh petugas yang terlibat dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini
Tujuan penulis dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk membantu pembaca dapat mengetahui Ekosistem Komodo,dan agar kami dari tim penyusun dapat mengetahui bagaimana cara membuat Karya Tulis Ilmiah secara baik dan benar sesuai dengan tuntunan dari pembimbing dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia.
Dan pada karya Tulis Ilmiah ini kita akan mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat seperti bagaimana cara berkembang biak komodo dan lain lain maka dari itu penulis sangat menyarankan untuk pembaca agar dapat mengapresiasikan Karya Tulis Ilmiah ini agar dapat bermanfaat bagi kedepannya.
Terakhir, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini. Semoga mekalah ini bermanfaat bagi kita semua dalam cara menulis laporan karya tulis ilmiah yang benar. Sekian dari penulis semoga makalah ini bermanfaat.


                                                                                                Pangandaran,  Februari,2016

Penulis




DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................ 2
1.3 Hiotesis Penelitian........................................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................................................. 2
1.5 Manfaat Penelitan............................................................................................................ 2
1.6 Metode Penelitian............................................................................................................ 3
1.7 Sistematika Penelitian...................................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................................. 4
2.1 Museum Biologi............................................................................................................... 4
2.2 Komodo........................................................................................................................... 5
2.3 Metamorfosis Komodo.................................................................................................... 6
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................................... 7
3.1 Populasi Komodo dari masa ke masa.............................................................................. 7
3.2 Peran Pemerintah dalam pelestarian komodo.................................................................. 10
3.3 Penyebab Populasi Komodo menurun............................................................................. 14
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................. 16
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 16
4.2 Saran................................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 17
KARTU KONSULTASI...................................................................................................... 18



DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Komodo............................................................................................................. 7
Gambar 3.2 Dua ekor komodo di pulau komodo.................................................................. 10
Gambar 3.3 Komodo di Kebun Binatang Toronto................................................................ 11
Gambar 3.4 Bayi Komodo..    





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Komodo, atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanus komodoensis), adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat  yaitu Ora.
Termasuk anggota famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera, komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil. Karena besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempatnya hidup.
Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka.
Dengan keberadaan salah satu spesies kadal terbesar didunia ini yang masih hidup di Indonesia dari zaman purbakala hingga zaman modern,maka dari itu kami sebagai penulis sangat ingin untuk mengetahui tentang kehidupan komodo dari zaman ke zaman,dan juga agar dapat menjaga kelestarian hewan ini di dunia.

1.2 Rumusan Masalah
             Berdasarkan Latar Belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat di ambil  suatu rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana keadaan atau kondisi pelestarian komodo saat ini?
2.      Bagaimana peran pemerintah Indonesia dalam upaya pelestarian komodo?

1.3  Hipotesis Penelitian
Melihat rumusan masalah tersebut maka dapat diambil Hipotesis sebagai berikut :  “Pelestarian Komodo di Indonesia sudah cukup baik karena pemerintah sudah menyediakan koservasi bagi komodo dan sudah dilakukan penelitian”.
            “Pemerintah mengeluarkan UU tentang pelestarian dan memasukan Komodo kedalam daftar hewan yang dilindungi dan tidak boleh diburu”

1.4  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini untuk:
1.      Mengetahui tentang ekosistem Komodo
2.      Mengetahui bagaimana cara komodo bereproduksi
3.      Mengetahui bagaimana cara hidup dan perilaku komodo

1.5  Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah:
1.      Untuk memperluas wawasan
2.      Berlatih menyusun karya tulis ilmiah dengan cara lebih lengkap dan sistematika.






1.6  Metode Penelitian
1.      Tehnik pengumpulan data
a.       Mengunjungi Museum Biologi
b.      Menanyakan kepada Tour leader
c.       Mencari referensi dari internet
d.      Membaca buku

2.      Tehnik pengolahan data
a.       Membaca Buku
b.      Mengunjungi Museum Biologi
c.       Mencari Referensi dari Internet

1.7  Sistematika Penelitian
BAB I PENDAHULUAN :
1.1  Latar Belakang
1.2  Rumusan Masalah
1.3  Hipotesis Penelitian
1.4  Tujuan Penelitian
1.5  Manfaat Penelitian
1.6  Metode Penelitian
1.7  Sistematika Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP :
4.1 Kesimpulan
4.1 Saran
DAFTAR PUSTAKA
KARTU KOSULTASI



BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  MUSEUM BIOLOGI
            Museum Biologi UGM dirintis semenjak terbentuknya Museum Zoologicum pada tahun 1964. Pada waktu itu, museum ditempatkan di salah satu ruang kuliah Universitas Gadjah Mada di Sekip, Sleman, Yogyakarta. Museum tersebut dipimpin oleh Prof. drg. R.G. Indroyono. Koleksi herbarium ditempatkan di sebagian ruang gedung di Jl. Sultan Agung dan dipimpin oleh Prof. Ir. Moeso Suryowinoto. Koleksi biologi dan koleksi herbarium dikelola oleh Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, yang waktu itu masih bertempat di Ndalem Mangkubumen, Ngasem, Yogyakarta, dan dikenal sebagai salah satu Fakultas-fakultas Kompleks Ngasem. Koleksi binatang dan tumbuhan pada waktu itu berasal dari ilmuwan dan karyawan terutama seksi zoologi, anatomi dan botani.
Kemudian atas prakarsa dekan Fakultas Biologi yang pada waktu itu, yaitu Ir. Suryono Adisewoyo, pada tanggal 20 September 1969 diresmikanlah Museum Biologi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada yang merupakan gabungan dari Museum Zoologicum dan Herbarium. Museum ini kemudian bertempat di Jl. Sultan Agung No. 22 Yogyakarta hingga sekarang.
Pada tanggal 1 Januari 1970 museum resmi dibuka untuk umum dan pada tahun 1972 bergabung dengan Barahmus DIY.



Koleksi museum dipamerkan dalam delapan ruang yang terbagi menjadi beberapa kelompok yaitu:
A.    Koleksi binatang
1.      Binatang rendah atau binatang tak bertulang belakang (Avertebrata)
2.      Binatang bertulang belakang (Vertebrata): Pisces, Amfibia, Aves, Reptile, Mamalia
B.     Koleksi Tumbuhan
1.      Tumbuhan yang hidup di dataran rendah (Cryptogamae)
2.      Tumbuhan yang hidup di dataran tinggi (Phenaerogamae) yang diawetkan secara kering dan basah
C.     Fosil
1.      Hewan Zaman Purba
Koleksi di Museum Biologi berjumlah kurang lebih 3.700 spesimen.
2.2  Komodo
Komodo, atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanus komodoensis), adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat ora.
Termasuk anggota famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera, komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil. Karena besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempatnya hidup.

2.3  Metamorfosis Komodo
Meski habibat asli komodo di NTT, komodo ternyata  bukan hewan asli Indonesia itu di simpulkan dari ahli palaeontologi dan arkeologi dari Australia, Malaysia, dan Indonesia. Menemukan tiga fosil hewan yang sama dengan komodo di Queensland, itu memperkuat teori bahwa Australia adalah tempaat evolusi komodo. Tetpi di tempat asalnya, Australia komodo punah 50.000 tahun yang lalu, itu bertepatan dengan manusia tiba di Australia. Komodo juga menghilang dan punah di beberapa pulau lain di Indonesia, kecuali Flores.





















BAB III
PEMBAHASAN
                    
3.1  Populasi Komodo dari masa ke masa
1.     
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/3f/Varanus_komodoensis.JPG/250px-Varanus_komodoensis.JPG

Ekologi Komodo
Gambar 3.1 komodo.
Komodo secara alami hanya ditemui di Indonesia, di pulau Komodo, Flores dan Rinca dan beberapa pulau lainnya di Nusa Tenggara. Hidup di padang rumput kering terbuka, sabana dan hutan tropis pada ketinggian rendah, biawak ini menyukai tempat panas dan kering ini. Mereka aktif pada siang hari, walaupun kadang-kadang aktif juga pada malam hari. Komodo adalah binatang yang penyendiri, berkumpul bersama hanya pada saat makan dan berkembang biak.
Reptil besar ini dapat berlari cepat hingga 20 kilometer per jam pada jarak yang pendek; berenang dengan sangat baik dan mampu menyelam sedalam 4.5 meter; serta pandai memanjat pohon menggunakan cakar mereka yang kuat. Untuk menangkap mangsa yang berada di luar jangkauannya, komodo dapat berdiri dengan kaki belakangnya dan menggunakan ekornya sebagai penunjang. Dengan bertambahnya umur, komodo lebih menggunakan cakarnya sebagai senjata, karena ukuran tubuhnya yang besar menyulitkannya memanjat pohon.
Untuk tempat berlindung, komodo menggali lubang selebar 1–3 meter dengan tungkai depan dan cakarnya yang kuat. Karena besar tubuhnya dan kebiasaan tidur di dalam lubang, komodo dapat menjaga panas tubuhnya selama malam hari dan mengurangi waktu berjemur pada pagi selanjutnya. Komodo umumnya berburu pada siang hingga sore hari, tetapi tetap berteduh selama bagian hari yang terpanas. Tempat-tempat sembunyi komodo ini biasanya berada di daerah gumuk atau perbukitan dengan semilir angin laut, terbuka dari vegetasi, dan di sana-sini berserak kotoran hewan penghuninya. Tempat ini umumnya juga merupakan lokasi yang strategis untuk menyergap rusa.
Musim kawin terjadi antara bulan Mei dan Agustus, dan telur komodo diletakkan pada bulan September. Selama periode ini, komodo jantan bertempur untuk mempertahankan betina dan teritorinya dengan cara "bergulat" dengan jantan lainnya sambil berdiri di atas kaki belakangnya. Komodo yang kalah akan terjatuh dan "terkunci" ke tanah. Kedua komodo jantan itu dapat muntah atau buang air besar ketika bersiap untuk bertempur.
Pemenang pertarungan akan menjentikkan lidah panjangnya pada tubuh si betina untuk melihat penerimaan sang betina. Komodo betina bersifat antagonis dan melawan dengan gigi dan cakar mereka selama awal fase berpasangan. Selanjutnya, jantan harus sepenuhnya mengendalikan betina selama bersetubuh agar tidak terluka. Perilaku lain yang diperlihatkan selama proses ini adalah jantan menggosokkan dagu mereka pada si betina, garukan keras di atas punggung dan menjilat. Kopulasi terjadi ketika jantan memasukan salah satu hemipenisnya ke kloaka betina. Komodo dapat bersifat monogamus dan membentuk "pasangan," suatu sifat yang langka untuk kadal.
Betina akan meletakkan telurnya di lubang tanah, mengorek tebing bukit atau gundukan sarang burung gosong berkaki-jingga yang telah ditinggalkan. Komodo lebih suka menyimpan telur-telurnya di sarang yang telah ditinggalkan. Sebuah sarang komodo rata-rata berisi 20 telur yang akan menetas setelah 7–8 bulan. Betina berbaring di atas telur-telur itu untuk mengerami dan melindunginya sampai menetas di sekitar bulan April, pada akhir musim hujan ketika terdapat sangat banyak serangga.
Proses penetasan adalah usaha melelahkan untuk anak komodo, yang keluar dari cangkang telur setelah menyobeknya dengan gigi telur yang akan tanggal setelah pekerjaan berat ini selesai. Setelah berhasil menyobek kulit telur, bayi komodo dapat berbaring di cangkang telur mereka untuk beberapa jam sebelum memulai menggali keluar sarang mereka. Ketika menetas, bayi-bayi ini tak seberapa berdaya dan dapat dimangsa oleh predator.
Komodo muda menghabiskan tahun-tahun pertamanya di atas pohon, tempat mereka relatif aman dari predator, termasuk dari komodo dewasa yang kanibal, yang sekitar 10% dari makanannya adalah biawak-biawak muda yang berhasil diburu. Komodo membutuhkan tiga sampai lima tahun untuk menjadi dewasa, dan dapat hidup lebih dari 50 tahun.
Di samping proses reproduksi yang normal, terdapat beberapa contoh kasus komodo betina menghasilkan anak tanpa kehadiran pejantan (partenogenesis), fenomena yang juga diketahui muncul pada beberapa spesies reptil lainnya seperti pada Cnemidophorus.








2.      Perkembangan Komodo dari masa kemasa
Perkembangan evolusi komodo dimulai dengan marga Varanus, yang muncul di Asia sekitar 40 juta tahun yang silam dan lalu bermigrasi ke Australia. Sekitar 15 juta tahun yang lalu, pertemuan lempeng benua Australia dan Asia Tenggara memungkinkan para biawak bergerak menuju wilayah yang dikenal sebagai Indonesia sekarang. Komodo diyakini berevolusi dari nenek-moyang Australianya pada sekitar 4 juta tahun yang lampau, dan meluaskan wilayah persebarannya ke timur hingga sejauh Timor. Perubahan-perubahan tinggi muka laut semenjak zaman Es telah menjadikan agihan komodo terbatas pada wilayah sebarannya yang sekarang.
3.2  Peran Pemerintah Indonesia dalam pelestarian komodo
1.     
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/00/Komodo-dragon-1.jpg/220px-Komodo-dragon-1.jpg

Konservasi
Gambar 3.2 Dua ekor komodo di Pulau Komodo.
Biawak komodo merupakan spesies yang rentan terhadap kepunahan, dan dikatagorikan sebagai spesies Rentan dalam daftar IUCN Red List. Sekitar 4.000–5.000 ekor komodo diperkirakan masih hidup di alam liar. Populasi ini terbatas menyebar di pulau-pulau Rinca (1.300 ekor), Gili Motang (100), Gili Dasami (100), Komodo (1.700), dan Flores (mungkin sekitar 2.000 ekor). Meski demikian, ada keprihatinan mengenai populasi ini karena diperkirakan dari semuanya itu hanya tinggal 350 ekor betina yang produktif dan dapat berbiak. Bertolak dari kekhawatiran ini, pada tahun 1980 Pemerintah Indonesia menetapkan berdirinya Taman Nasional Komodo untuk melindungi populasi komodo dan ekosistemnya di beberapa pulau termasuk Komodo, Rinca, dan Padar.
Belakangan ditetapkan pula Cagar Alam Wae Wuul dan Wolo Tado di Pulau Flores untuk membantu pelestarian komodo. Namun pada sisi yang lain, ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa komodo, setidaknya sebagian, telah terbiasa pada kehadiran manusia. Komodo-komodo ini terbiasa diberi makan karkas hewan ternak, sebagai atraksi untuk menarik turis pada beberapa lokasi kunjungan.
Aktivitas vulkanis, gempa bumi, kerusakan habitat, kebakaran (populasi komodo di Pulau Padar hampir punah karena kebakaran alami, berkurangnya mangsa, meningkatnya pariwisata, dan perburuan gelap; semuanya menyumbang pada status rentan yang disandang komodo. CITES (the Convention on International Trade in Endangered Species) telah menetapkan bahwa perdagangan komodo, kulitnya, dan produk-produk lain dari hewan ini adalah ilegal.
Meskipun jarang terjadi, komodo diketahui dapat membunuh manusia. Pada tanggal 4 Juni 2007, seekor komodo diketahui menyerang seorang anak laki-laki berumur delapan tahun. Anak ini kemudian meninggal karena perdarahan berat dari luka-lukanya. Ini adalah catatan pertama mengenai serangan yang berakibat kematian pada 33 tahun terakhir.
2.     
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/16/KdragonT.zoo.jpg/220px-KdragonT.zoo.jpg

Penangkaran
Gambar 3.3 Komodo di Kebun Binatang Toronto.
Telah semenjak lama komodo menjadi tontonan yang menarik di berbagai kebun binatang, terutama karena ukuran tubuh dan reputasinya yang membuatnya begitu populer. Meski demikian hewan ini jarang dipunyai kebun binatang, karena komodo rentan terhadap infeksi dan penyakit akibat parasit, serta tak mudah berkembang biak.
Komodo yang pertama dipertontonkan adalah pada Kebun Binatang Smithsonian pada tahun 1934, namun hewan ini hanya bertahan hidup selama dua tahun. Upaya-upaya untuk memelihara reptil ini terus dilanjutkan, namun usia binatang ini dalam tangkaran tak begitu panjang, rata-rata hanya 5 tahun di kebun binatang tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Walter Auffenberg di atas, yang hasilnya kemudian diterbitkan sebagai buku The Behavioral Ecology of the Komodo Monitor, pada akhirnya memungkinkan pemeliharaan dan pembiakan satwa langka ini di penangkaran.
Telah teramati bahwa banyak individu komodo yang dipelihara memperlihatkan perilaku yang jinak untuk jangka waktu tertentu. Dilaporkan pada banyak kali kejadian, bahwa para pawang berhasil membawa keluar komodo dari kandangnya untuk berinteraksi dengan pengunjung, termasuk pula anak-anak di antaranya, tanpa akibat yang membahayakan pengunjung. Komodo agaknya dapat mengenali orang satu persatu. Ruston Hartdegen dari Kebun Binatang Dallas melaporkan bahwa komodo-komodo yang dipeliharanya bereaksi berbeda apabila berhadapan dengan pawang yang biasa memeliharanya, dengan pawang lain yang kurang lebih sudah dikenal, atau dengan pawang yang sama sekali belum dikenal.
Penelitian terhadap komodo peliharaan membuktikan bahwa hewan ini senang bermain. Suatu kajian mengenai komodo yang mau mendorong sekop yang ditinggalkan oleh pawangnya, nyata-nyata memperlihatkan bahwa hewan itu tertarik pada suara yang ditimbulkan sekop ketika menggeser sepanjang permukaan yang berbatu. Seekor komodo betina muda di Kebun Binatang Nasional di Washington, D.C. senang meraih dan mengguncangkan aneka benda termasuk patung-patung, kaleng-kaleng minuman, lingkaran plastik, dan selimut. Komodo ini pun senang memasuk-masukkan kepalanya ke dalam kotak, sepatu, dan aneka obyek lainnya. Komodo tersebut bukan tak bisa membedakan benda-benda tadi dengan makanan; ia baru memakannya apabila benda-benda tadi dilumuri dengan darah tikus. Perilaku bermain-main ini dapat diperbandingkan dengan perilaku bermain mamalia.
Catatan lain mengenai kesenangan bermain komodo didapat dari Universitas Tennessee. Seekor komodo muda yang diberi nama "Kraken" bermain dengan gelang-gelang plastik, sepatu, ember, dan kaleng, dengan cara mendorongnya, memukul-mukulnya, dan membawanya dengan mulutnya. Kraken memperlakukan benda-benda itu berbeda dengan apa yang menjadi makanannya, mendorong Gordon Burghardt –peneliti– menyimpulkan bahwa hewan-hewan ini telah mementahkan pandangan bahwa permainan semacam itu adalah “perilaku predator bermotif-pemangsaan”.
Komodo yang nampak jinak sekalipun dapat berperilaku agresif secara tak terduga, khususnya apabila teritorinya dilanggar oleh seseorang yang tak dikenalnya. Pada bulan Juni 2001, serangan seekor komodo menimbulkan luka-luka serius pada Phil Bronstein—editor eksekutif harian San Francisco Chronicle dan bekas suami Sharon Stone, seorang aktris Amerika terkenal—ketika ia memasuki kandang binatang itu atas undangan pawangnya. Bronstein digigit komodo itu di kakinya yang telanjang, setelah si pawang menyarankannya agar membuka sepatu putihnya, yang dikhawatirkan bisa memancing perhatian si komodo. Meski pria itu berhasil lolos, namun ia membutuhkan pembedahan untuk menyambung kembali tendon ototnya yang terluka.

3.3 
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/45/Parthkomodo.jpg/220px-Parthkomodo.jpg

Penyebab populasi Komodo Menurun
1.      Faktor Genetik
Gambar 3.4 Bayi Komodo
Komodo memiliki sistem penentuan seks kromosomal ZW, bukan sistem penentuan seks XY. Keturunan Flora yang berkelamin jantan, menunjukkan terjadinya beberapa hal. Yalah bahwa telur Flora yang tidak dibuahi bersifat haploid pada mulanya dan kemudian menggandakan kromosomnya sendiri menjadi diploid; dan bahwa ia tidak menghasilkan telur diploid, sebagaimana bisa terjadi jika salah satu proses pembelahan-reduksi meiosis pada ovariumnya gagal.
Ketika komodo betina (memiliki kromosom seks ZW) menghasilkan anak dengan cara ini, ia mewariskan hanya salah satu dari pasangan-pasangan kromosom yang dipunyainya, termasuk satu dari dua kromosom seksnya. Satu set kromosom tunggal ini kemudian diduplikasi dalam telur, yang berkembang secara partenogenetika. Telur yang menerima kromosom Z akan menjadi ZZ (jantan); dan yang menerima kromosom W akan menjadi WW dan gagal untuk berkembang.
Diduga bahwa adaptasi reproduktif semacam ini memungkinkan seekor hewan betina memasuki sebuah relung ekologi yang terisolasi (seperti halnya pulau) dan dengan cara partenogenesis kemudian menghasilkan keturunan jantan. Melalui perkawinan dengan anaknya itu pada saat yang berikutnya hewan-hewan ini dapat membentuk populasi yang bereproduksi secara seksual, karena dapat menghasilkan keturunan jantan dan betina. Meskipun adaptasi ini bersifat menguntungkan, kebun binatang perlu waspada kerena partenogenesis mungkin dapat mengurangi keragaman genetika.
2.      Faktor Manusia
Faktor yang menyebabkan berkurangnya populasi komodo di dunia adalah perbuaruan liar yang dilakukan oleh manusia sendiri karena keserakahan mereka demi menghasilkan keuntungan yang besar. Dan akhirnya populasi komodo setiap tahun menurunn.

















BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada Karya Tulis ini disimpulkan bahwa:
1.      Pelestarian Komodo di Indonesia sudah cukup baik karena pemerintah sudah menyediakan koservasi bagi komodo dan sudah dilakukan penelitian .
2.      Pemerintah mengeluarkan UU tentang pelestarian dan memasukan Komodo kedalam daftar hewan yang dilindungi dan tidak boleh diburu.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keseluruhan makalah ini kami ingin memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1.      Pemerintah dalam melakukan konservasi Komodo harus dipermantap lagi agar eksistensi komodo tetap terjamin.
2.      Bagi para penulis KTI selanjutnya dalam pengerjaan KTI harus bekerjasama dengan anggota kelompok dan Pembimbing masing-masing.











DAFTAR PUSTAKA
Ekosistem Komodo [ Di unduh melalui situs : https://id.wikipedia.org/wiki/Komodo ] [Di unduh Pada Tanggal : 3 Pebruari 2016]
Sejarah museum biologi Yogyakarta  [Di unduh melalui situs http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Biologi ] [Di uduh pada Tanggal : 6 Pebruari 2016]


















KARTU KONSULTASI
No
Hari/Tanggal
Materi Bimbingan
Siswa Yang menghadap
Paraf
1
Jumat,3-2-2016
Pengajuan Judul karya Tulis
1.      Tirta Kusumah
2.      Reni  Kuriati
3.      Anggita Hayu
4.      Frida Afni R

2
Sabtu,4-2-2016
Perumusan Materi Karya Tulis
1.      Anggita Hayu
2.      Frida Afni
3.      Reni Kurniati
4.      Tirta Kusumah

3
Senin,6-2-2016
Pengajuan Materi
BAB 1-2
Karya Tulis Ilmiah
1.      Anggita Hayu
2.      Frida Afni
3.      Reni Kurniati
4.      Tirta Kusumah


Sabtu,11-2-2016
Pengajuan Materi BAB 3
1.      Anggita Hayu
2.      Frida Afni
3.      Reni Kurniati
4.      Tirta Kusumah

4
Sabtu,21-2-2016
Kesimpulan dan saran
1.      Anggita Hayu
2.      Frida Afni
3.      Reni Kurniati
4.      Tirta Kusumah

5
Selasa,23-3-2016
Revisi BAB 1-3,Kesimpulan,dan saran
1.      Anggita Hayu
2.      Frida Afni
3.      Reni Kurniati
4.      Tirta Kusumah

6
Jumat,26-2-2016
Pengesahan Karya Tulis ilmiah
1.      Anggita Hayu
2.      Frida Afni
3.      Reni Kurniati
4.      Tirta Kusumah


0 komentar:

Post a Comment