EKOSISTEM KOMODO
(Study Lapangan di Museum Biologi Yogyakarta)
Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Kegiatan Studi
Lapangan dan Tugas Bahasa
Indonesia Semester 4
Tahun
Ajaran 2015/2016
DISUSUN
OLEH :
Anggita Hayu P.
|
(14151303)
|
XI IPA 3
|
Frida Afni R.
|
(14151310)
|
XI IPA 3
|
Reni Kurniati
|
(14151321)
|
XI IPA 3
|
Tirta Kusumah
|
(14151328)
|
XI IPA 3
|
PEMERINTAH
KABUPATEN PANGANDARAN
DINAS PENDIDIKAN KEBUDAYAAN PEMUDA DAN
OLAHRAGA
SMA
NEGERI 1 PANGANDARAN
Alamat
: Jalan raya
Babakan Telp (0265)
639355 129 Kec. Babakan Kab. Pangandaran 46396
Terakreditasi
“A”- Pelaksana Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)
2016
LEMBAR PERSETUJUAN DAN
PENGESAHAN
Karya
tulis yang berjudul “EKOSISTEM KOMODO”
Penulis :
1. Anggita Hayu Pangastuti.
2. Frida Afni Ramdani.
3. Reni Kurniati.
4. Tirta
Kusumah.
Disahkan pada
tanggal : .........Februari 2016
Mengesahkan,
Wali Kelas Guru Pembimbing
ENUNG SITI NURJANAH,S.Pd
|
NIP.19760701 200312 2 006
|
MUHAMAD ABDORIN. S.Pd.Si
|
NIP.-
|
Menyetujui,
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Pangandaran
Drs. H.
SURMAN, M.Pd
|
NIP. 19610204 198204 1 005
|
KATA PENGANTAR
Puji
Syukur pantas kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami telah menyelesaikan laporan hasil Study Lapangan Ke Yogyakarta Dan Sekitarnya.
Karya Tulis Ilmiah
ini ditulis untuk memenuhi tugas Akhir
Semester maka dari ini kami membuat Karya Tulis Ilmiah
ini dengan penuh rasa syukur karena dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya
kepada :
a.
Allah SWT
b.
Bapak Surman
selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Pangandaran
c.
Ibu Enung Sti
Nurjanah Selaku Wali Kelas XI IPA 3
d.
Bapak Muhamad
Abdorin Selaku Pembimbing
e.
Rekan-Rekan
Penulis
f.
Serta seluruh
petugas yang terlibat dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini
Tujuan penulis dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini adalah
untuk membantu pembaca dapat mengetahui Ekosistem Komodo,dan agar kami dari tim
penyusun dapat mengetahui bagaimana cara membuat Karya Tulis Ilmiah secara baik
dan benar sesuai dengan tuntunan dari pembimbing dan guru mata pelajaran bahasa
Indonesia.
Dan pada karya Tulis Ilmiah ini kita akan mendapatkan
ilmu yang sangat bermanfaat seperti bagaimana cara berkembang biak komodo dan
lain lain maka dari itu penulis sangat menyarankan untuk pembaca agar dapat
mengapresiasikan Karya Tulis Ilmiah ini agar dapat bermanfaat bagi kedepannya.
Terakhir,
penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
tersusunnya makalah ini. Semoga mekalah ini bermanfaat bagi kita semua dalam
cara menulis laporan karya tulis ilmiah yang benar. Sekian dari penulis semoga
makalah ini bermanfaat.
Pangandaran, Februari,2016
Penulis
DAFTAR
ISI
LEMBAR
PENGESAHAN.................................................................................................. i
KATA
PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR
ISI......................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................ iv
BAB
I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang................................................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................................................ 2
1.3
Hiotesis Penelitian........................................................................................................... 2
1.4
Tujuan Penelitian............................................................................................................. 2
1.5
Manfaat Penelitan............................................................................................................ 2
1.6
Metode Penelitian............................................................................................................ 3
1.7
Sistematika Penelitian...................................................................................................... 3
BAB
II LANDASAN TEORI.............................................................................................. 4
2.1 Museum Biologi............................................................................................................... 4
2.2 Komodo........................................................................................................................... 5
2.3 Metamorfosis Komodo.................................................................................................... 6
BAB
III PEMBAHASAN.................................................................................................... 7
3.1 Populasi Komodo dari masa ke masa.............................................................................. 7
3.2 Peran Pemerintah dalam pelestarian komodo.................................................................. 10
3.3 Penyebab Populasi Komodo menurun............................................................................. 14
BAB
IV PENUTUP.............................................................................................................. 16
4.1
Kesimpulan...................................................................................................................... 16
4.2
Saran................................................................................................................................ 16
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................................... 17
KARTU KONSULTASI...................................................................................................... 18
DAFTAR
GAMBAR
Gambar 3.1 Komodo............................................................................................................. 7
Gambar 3.2 Dua ekor komodo di pulau komodo.................................................................. 10
Gambar 3.3 Komodo di Kebun
Binatang Toronto................................................................ 11
Gambar 3.4 Bayi
Komodo..
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komodo, atau yang selengkapnya
disebut biawak komodo (Varanus komodoensis),
adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili
Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Biawak ini oleh
penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat yaitu Ora.
Termasuk anggota
famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera, komodo
merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m.
Ukurannya yang besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni
kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil
terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau tempat
hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil. Karena
besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang
mendominasi ekosistem tempatnya hidup.
Komodo ditemukan oleh peneliti barat
tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka
populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas telah menyusut akibat
aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai
spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi
di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional,
yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka.
Dengan
keberadaan salah satu spesies kadal terbesar didunia ini yang masih hidup di
Indonesia dari zaman purbakala hingga zaman modern,maka dari itu kami sebagai
penulis sangat ingin untuk mengetahui tentang kehidupan komodo dari zaman ke
zaman,dan juga agar dapat menjaga kelestarian hewan ini di dunia.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
Latar Belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat di ambil suatu rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana
keadaan atau kondisi pelestarian komodo saat ini?
2.
Bagaimana peran
pemerintah Indonesia dalam upaya pelestarian komodo?
1.3 Hipotesis Penelitian
Melihat
rumusan masalah tersebut maka dapat diambil Hipotesis sebagai berikut : “Pelestarian
Komodo di Indonesia sudah cukup baik karena pemerintah sudah menyediakan
koservasi bagi komodo dan sudah dilakukan penelitian”.
“Pemerintah
mengeluarkan UU tentang pelestarian dan memasukan Komodo kedalam daftar hewan
yang dilindungi dan tidak boleh diburu”
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini
untuk:
1.
Mengetahui
tentang ekosistem Komodo
2.
Mengetahui
bagaimana cara komodo bereproduksi
3.
Mengetahui
bagaimana cara hidup dan perilaku komodo
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan karya tulis ini
adalah:
1. Untuk
memperluas wawasan
2. Berlatih
menyusun karya tulis ilmiah dengan cara lebih lengkap dan sistematika.
1.6 Metode Penelitian
1. Tehnik pengumpulan data
a.
Mengunjungi
Museum Biologi
b.
Menanyakan
kepada Tour leader
c.
Mencari
referensi dari internet
d.
Membaca buku
2. Tehnik pengolahan data
a.
Membaca Buku
b.
Mengunjungi
Museum Biologi
c.
Mencari
Referensi dari Internet
1.7 Sistematika Penelitian
BAB
I PENDAHULUAN :
1.1 Latar
Belakang
1.2 Rumusan
Masalah
1.3 Hipotesis
Penelitian
1.4 Tujuan
Penelitian
1.5 Manfaat
Penelitian
1.6 Metode
Penelitian
1.7 Sistematika
Penelitian
BAB
II LANDASAN TEORI
BAB
III PEMBAHASAN
BAB
IV PENUTUP :
4.1 Kesimpulan
4.1
Saran
DAFTAR PUSTAKA
KARTU KOSULTASI
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1 MUSEUM
BIOLOGI
Museum
Biologi UGM dirintis semenjak terbentuknya Museum Zoologicum pada tahun 1964.
Pada waktu itu, museum ditempatkan di salah satu ruang kuliah Universitas
Gadjah Mada di Sekip, Sleman, Yogyakarta. Museum tersebut
dipimpin oleh Prof. drg. R.G. Indroyono. Koleksi herbarium ditempatkan di
sebagian ruang gedung di Jl. Sultan Agung dan dipimpin oleh Prof. Ir. Moeso
Suryowinoto. Koleksi biologi dan koleksi herbarium dikelola oleh Fakultas Biologi, Universitas
Gadjah Mada, yang waktu itu masih bertempat di Ndalem Mangkubumen, Ngasem,
Yogyakarta, dan dikenal sebagai salah satu Fakultas-fakultas Kompleks
Ngasem. Koleksi binatang dan tumbuhan pada waktu itu berasal dari ilmuwan dan
karyawan terutama seksi zoologi, anatomi dan botani.
Kemudian atas prakarsa dekan Fakultas
Biologi yang pada waktu itu, yaitu Ir. Suryono Adisewoyo, pada tanggal 20
September 1969 diresmikanlah Museum Biologi Fakultas Biologi Universitas Gadjah
Mada yang merupakan gabungan dari Museum Zoologicum dan Herbarium. Museum ini
kemudian bertempat di Jl. Sultan Agung No. 22 Yogyakarta hingga sekarang.
Pada tanggal 1 Januari 1970 museum resmi
dibuka untuk umum dan pada tahun 1972 bergabung dengan Barahmus DIY.
Koleksi museum dipamerkan dalam delapan
ruang yang terbagi menjadi beberapa kelompok yaitu:
A. Koleksi
binatang
1. Binatang
rendah atau binatang tak bertulang belakang (Avertebrata)
2. Binatang
bertulang belakang (Vertebrata): Pisces, Amfibia, Aves, Reptile, Mamalia
B. Koleksi
Tumbuhan
1. Tumbuhan
yang hidup di dataran rendah (Cryptogamae)
2. Tumbuhan
yang hidup di dataran tinggi (Phenaerogamae) yang diawetkan secara kering dan
basah
C. Fosil
1. Hewan
Zaman Purba
Koleksi
di Museum Biologi berjumlah kurang lebih 3.700 spesimen.
2.2 Komodo
Komodo, atau yang selengkapnya
disebut biawak komodo (Varanus komodoensis),
adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di
pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili
Dasami di Nusa Tenggara. Biawak ini oleh penduduk asli pulau
Komodo juga disebut dengan nama setempat ora.
Termasuk anggota
famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera, komodo
merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m.
Ukurannya yang besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni
kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil
terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau tempat
hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil. Karena
besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang
mendominasi ekosistem tempatnya hidup.
2.3 Metamorfosis
Komodo
Meski habibat asli komodo di
NTT, komodo ternyata bukan hewan asli
Indonesia itu di simpulkan dari ahli palaeontologi dan arkeologi dari
Australia, Malaysia, dan Indonesia. Menemukan tiga fosil hewan yang sama dengan
komodo di Queensland, itu memperkuat teori bahwa Australia adalah tempaat
evolusi komodo. Tetpi di tempat asalnya, Australia komodo punah 50.000 tahun
yang lalu, itu bertepatan dengan manusia tiba di Australia. Komodo juga
menghilang dan punah di beberapa pulau lain di Indonesia, kecuali Flores.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Populasi
Komodo dari masa ke masa
1.
Ekologi
Komodo
Gambar 3.1 komodo.
Komodo secara alami hanya ditemui di
Indonesia, di pulau Komodo, Flores dan Rinca dan beberapa pulau lainnya
di Nusa Tenggara. Hidup di padang rumput kering terbuka, sabana dan
hutan tropis pada ketinggian rendah, biawak ini menyukai tempat panas dan
kering ini. Mereka aktif pada siang hari, walaupun kadang-kadang aktif juga
pada malam hari. Komodo adalah binatang yang penyendiri, berkumpul bersama
hanya pada saat makan dan berkembang biak.
Reptil besar ini dapat berlari cepat
hingga 20 kilometer per jam pada jarak yang pendek; berenang dengan sangat baik
dan mampu menyelam sedalam 4.5 meter; serta pandai memanjat pohon
menggunakan cakar mereka yang kuat. Untuk menangkap mangsa yang berada di
luar jangkauannya, komodo dapat berdiri dengan kaki belakangnya dan menggunakan
ekornya sebagai penunjang. Dengan bertambahnya umur, komodo lebih menggunakan
cakarnya sebagai senjata, karena ukuran tubuhnya yang besar menyulitkannya
memanjat pohon.
Untuk tempat berlindung, komodo menggali
lubang selebar 1–3 meter dengan tungkai depan dan cakarnya yang
kuat. Karena besar tubuhnya dan kebiasaan tidur di dalam lubang, komodo
dapat menjaga panas tubuhnya selama malam hari dan mengurangi waktu berjemur
pada pagi selanjutnya. Komodo umumnya berburu pada siang hingga sore hari,
tetapi tetap berteduh selama bagian hari yang terpanas. Tempat-tempat
sembunyi komodo ini biasanya berada di daerah gumuk atau perbukitan dengan
semilir angin laut, terbuka dari vegetasi, dan di sana-sini berserak
kotoran hewan penghuninya. Tempat ini umumnya juga merupakan lokasi yang
strategis untuk menyergap rusa.
Musim kawin terjadi antara bulan Mei dan Agustus,
dan telur komodo diletakkan pada bulan September. Selama periode ini,
komodo jantan bertempur untuk mempertahankan betina dan teritorinya dengan cara
"bergulat" dengan jantan lainnya sambil berdiri di atas kaki
belakangnya. Komodo yang kalah akan terjatuh dan "terkunci" ke tanah.
Kedua komodo jantan itu dapat muntah atau buang air besar ketika bersiap untuk
bertempur.
Pemenang pertarungan akan menjentikkan
lidah panjangnya pada tubuh si betina untuk melihat penerimaan sang
betina. Komodo betina bersifat antagonis dan melawan dengan gigi
dan cakar mereka selama awal fase berpasangan. Selanjutnya, jantan harus
sepenuhnya mengendalikan betina selama bersetubuh agar tidak terluka. Perilaku
lain yang diperlihatkan selama proses ini adalah jantan menggosokkan dagu
mereka pada si betina, garukan keras di atas punggung dan
menjilat. Kopulasi terjadi ketika jantan memasukan salah satu hemipenisnya ke
kloaka betina. Komodo dapat bersifat monogamus dan membentuk
"pasangan," suatu sifat yang langka untuk kadal.
Betina akan meletakkan telurnya di
lubang tanah, mengorek tebing bukit atau gundukan sarang burung gosong
berkaki-jingga yang telah ditinggalkan. Komodo lebih suka menyimpan
telur-telurnya di sarang yang telah ditinggalkan. Sebuah sarang komodo
rata-rata berisi 20 telur yang akan menetas setelah 7–8 bulan. Betina
berbaring di atas telur-telur itu untuk mengerami dan melindunginya sampai
menetas di sekitar bulan April, pada akhir musim hujan ketika terdapat
sangat banyak serangga.
Proses penetasan adalah usaha melelahkan
untuk anak komodo, yang keluar dari cangkang telur setelah menyobeknya
dengan gigi telur yang
akan tanggal setelah pekerjaan berat ini selesai. Setelah berhasil menyobek
kulit telur, bayi komodo dapat berbaring di cangkang telur mereka untuk
beberapa jam sebelum memulai menggali keluar sarang mereka. Ketika menetas,
bayi-bayi ini tak seberapa berdaya dan dapat dimangsa oleh predator.
Komodo muda menghabiskan tahun-tahun
pertamanya di atas pohon, tempat mereka relatif aman dari predator, termasuk
dari komodo dewasa yang kanibal, yang sekitar 10% dari makanannya adalah
biawak-biawak muda yang berhasil diburu. Komodo membutuhkan tiga sampai
lima tahun untuk menjadi dewasa, dan dapat hidup lebih dari 50 tahun.
Di samping proses reproduksi yang
normal, terdapat beberapa contoh kasus komodo betina menghasilkan anak tanpa
kehadiran pejantan (partenogenesis), fenomena yang juga diketahui muncul pada
beberapa spesies reptil lainnya seperti pada Cnemidophorus.
2. Perkembangan
Komodo dari masa kemasa
Perkembangan evolusi komodo dimulai
dengan marga Varanus, yang muncul di Asia sekitar 40 juta
tahun yang silam dan lalu bermigrasi ke Australia. Sekitar 15 juta tahun
yang lalu, pertemuan lempeng benua Australia dan Asia Tenggara memungkinkan
para biawak bergerak menuju wilayah yang dikenal sebagai Indonesia sekarang.
Komodo diyakini berevolusi dari nenek-moyang Australianya pada sekitar 4 juta
tahun yang lampau, dan meluaskan wilayah persebarannya ke timur hingga
sejauh Timor. Perubahan-perubahan tinggi muka laut semenjak zaman Es telah
menjadikan agihan komodo terbatas pada wilayah sebarannya yang sekarang.
3.2 Peran
Pemerintah Indonesia dalam pelestarian komodo
1.
Konservasi
Gambar 3.2 Dua ekor komodo di
Pulau Komodo.
Biawak komodo merupakan
spesies yang rentan terhadap kepunahan, dan dikatagorikan sebagai spesies
Rentan dalam daftar IUCN Red List. Sekitar 4.000–5.000 ekor komodo
diperkirakan masih hidup di alam liar. Populasi ini terbatas menyebar di pulau-pulau
Rinca (1.300 ekor), Gili Motang (100), Gili Dasami (100), Komodo (1.700), dan
Flores (mungkin sekitar 2.000 ekor). Meski demikian, ada keprihatinan
mengenai populasi ini karena diperkirakan dari semuanya itu hanya tinggal 350
ekor betina yang produktif dan dapat berbiak. Bertolak dari kekhawatiran
ini, pada tahun 1980 Pemerintah Indonesia menetapkan berdirinya Taman
Nasional Komodo untuk melindungi populasi komodo dan ekosistemnya di
beberapa pulau termasuk Komodo, Rinca, dan Padar.
Belakangan ditetapkan
pula Cagar Alam Wae Wuul dan Wolo Tado di Pulau Flores untuk membantu
pelestarian komodo. Namun pada sisi yang lain, ada bukti-bukti yang
menunjukkan bahwa komodo, setidaknya sebagian, telah terbiasa pada kehadiran
manusia. Komodo-komodo ini terbiasa diberi makan karkas hewan ternak, sebagai
atraksi untuk menarik turis pada beberapa lokasi kunjungan.
Aktivitas vulkanis,
gempa bumi, kerusakan habitat, kebakaran (populasi komodo di Pulau Padar hampir
punah karena kebakaran alami, berkurangnya mangsa, meningkatnya pariwisata,
dan perburuan gelap; semuanya menyumbang pada status rentan yang
disandang komodo. CITES (the Convention on International Trade in
Endangered Species) telah menetapkan bahwa perdagangan komodo, kulitnya, dan
produk-produk lain dari hewan ini adalah ilegal.
Meskipun jarang
terjadi, komodo diketahui dapat membunuh manusia. Pada tanggal 4 Juni 2007,
seekor komodo diketahui menyerang seorang anak laki-laki berumur delapan tahun.
Anak ini kemudian meninggal karena perdarahan berat dari luka-lukanya. Ini
adalah catatan pertama mengenai serangan yang berakibat kematian pada 33 tahun
terakhir.
2.
Penangkaran
Gambar 3.3 Komodo di Kebun
Binatang Toronto.
Telah semenjak lama komodo menjadi
tontonan yang menarik di berbagai kebun binatang, terutama karena ukuran
tubuh dan reputasinya yang membuatnya begitu populer. Meski demikian hewan ini
jarang dipunyai kebun binatang, karena komodo rentan terhadap infeksi dan
penyakit akibat parasit, serta tak mudah berkembang biak.
Komodo yang pertama dipertontonkan
adalah pada Kebun Binatang Smithsonian pada tahun 1934, namun hewan
ini hanya bertahan hidup selama dua tahun. Upaya-upaya untuk memelihara reptil
ini terus dilanjutkan, namun usia binatang ini dalam tangkaran tak begitu
panjang, rata-rata hanya 5 tahun di kebun binatang tersebut. Penelitian yang
dilakukan oleh Walter Auffenberg di atas, yang hasilnya kemudian diterbitkan
sebagai buku The Behavioral Ecology of the Komodo Monitor, pada akhirnya
memungkinkan pemeliharaan dan pembiakan satwa langka ini di penangkaran.
Telah teramati bahwa banyak individu
komodo yang dipelihara memperlihatkan perilaku yang jinak untuk jangka waktu
tertentu. Dilaporkan pada banyak kali kejadian, bahwa para pawang berhasil
membawa keluar komodo dari kandangnya untuk berinteraksi dengan pengunjung,
termasuk pula anak-anak di antaranya, tanpa akibat yang membahayakan
pengunjung. Komodo agaknya dapat mengenali orang satu persatu. Ruston
Hartdegen dari Kebun Binatang Dallas melaporkan bahwa komodo-komodo
yang dipeliharanya bereaksi berbeda apabila berhadapan dengan pawang yang biasa
memeliharanya, dengan pawang lain yang kurang lebih sudah dikenal, atau dengan
pawang yang sama sekali belum dikenal.
Penelitian terhadap komodo peliharaan
membuktikan bahwa hewan ini senang bermain. Suatu kajian mengenai komodo yang
mau mendorong sekop yang ditinggalkan oleh pawangnya, nyata-nyata
memperlihatkan bahwa hewan itu tertarik pada suara yang ditimbulkan sekop
ketika menggeser sepanjang permukaan yang berbatu. Seekor komodo betina muda di
Kebun Binatang Nasional di Washington, D.C. senang meraih dan
mengguncangkan aneka benda termasuk patung-patung, kaleng-kaleng minuman,
lingkaran plastik, dan selimut. Komodo ini pun senang memasuk-masukkan
kepalanya ke dalam kotak, sepatu, dan aneka obyek lainnya. Komodo tersebut
bukan tak bisa membedakan benda-benda tadi dengan makanan; ia baru memakannya
apabila benda-benda tadi dilumuri dengan darah tikus. Perilaku bermain-main ini
dapat diperbandingkan dengan perilaku bermain mamalia.
Catatan lain mengenai kesenangan bermain
komodo didapat dari Universitas Tennessee. Seekor komodo muda yang diberi
nama "Kraken" bermain dengan gelang-gelang plastik, sepatu, ember,
dan kaleng, dengan cara mendorongnya, memukul-mukulnya, dan membawanya dengan
mulutnya. Kraken memperlakukan benda-benda itu berbeda dengan apa yang menjadi
makanannya, mendorong Gordon Burghardt –peneliti– menyimpulkan bahwa
hewan-hewan ini telah mementahkan pandangan bahwa permainan semacam itu adalah
“perilaku predator bermotif-pemangsaan”.
Komodo
yang nampak jinak sekalipun dapat berperilaku agresif secara tak terduga,
khususnya apabila teritorinya dilanggar oleh seseorang yang tak dikenalnya.
Pada bulan Juni 2001, serangan seekor komodo menimbulkan luka-luka serius pada
Phil Bronstein—editor eksekutif harian San Francisco Chronicle dan
bekas suami Sharon Stone, seorang aktris Amerika terkenal—ketika ia
memasuki kandang binatang itu atas undangan pawangnya. Bronstein digigit komodo
itu di kakinya yang telanjang, setelah si pawang menyarankannya agar membuka
sepatu putihnya, yang dikhawatirkan bisa memancing perhatian si
komodo. Meski pria itu berhasil lolos, namun ia membutuhkan pembedahan
untuk menyambung kembali tendon ototnya yang terluka.
3.3
Penyebab
populasi Komodo Menurun
1. Faktor
Genetik
Gambar 3.4 Bayi Komodo
Komodo
memiliki sistem penentuan seks kromosomal ZW, bukan sistem
penentuan seks XY. Keturunan Flora yang berkelamin jantan, menunjukkan
terjadinya beberapa hal. Yalah bahwa telur Flora yang tidak dibuahi
bersifat haploid pada mulanya dan kemudian menggandakan kromosomnya
sendiri menjadi diploid; dan bahwa ia tidak menghasilkan telur diploid,
sebagaimana bisa terjadi jika salah satu proses pembelahan-reduksi meiosis pada ovariumnya gagal.
Ketika
komodo betina (memiliki kromosom seks ZW) menghasilkan anak dengan cara ini, ia
mewariskan hanya salah satu dari pasangan-pasangan kromosom yang dipunyainya,
termasuk satu dari dua kromosom seksnya. Satu set kromosom tunggal ini kemudian
diduplikasi dalam telur, yang berkembang secara partenogenetika. Telur yang
menerima kromosom Z akan menjadi ZZ (jantan); dan yang menerima kromosom W akan
menjadi WW dan gagal untuk berkembang.
Diduga
bahwa adaptasi reproduktif semacam ini memungkinkan seekor hewan betina
memasuki sebuah relung ekologi yang terisolasi (seperti halnya pulau)
dan dengan cara partenogenesis kemudian menghasilkan keturunan jantan. Melalui
perkawinan dengan anaknya itu pada saat yang berikutnya hewan-hewan ini dapat
membentuk populasi yang bereproduksi secara seksual, karena dapat menghasilkan
keturunan jantan dan betina. Meskipun adaptasi ini bersifat menguntungkan,
kebun binatang perlu waspada kerena partenogenesis mungkin dapat mengurangi
keragaman genetika.
2. Faktor
Manusia
Faktor yang menyebabkan
berkurangnya populasi komodo di dunia adalah perbuaruan liar yang dilakukan
oleh manusia sendiri karena keserakahan mereka demi menghasilkan keuntungan
yang besar. Dan akhirnya populasi komodo setiap tahun menurunn.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan
uraian pada Karya Tulis ini
disimpulkan bahwa:
1. Pelestarian Komodo di Indonesia sudah cukup baik
karena pemerintah sudah menyediakan koservasi bagi komodo dan sudah dilakukan
penelitian .
2. Pemerintah mengeluarkan UU tentang pelestarian dan
memasukan Komodo kedalam daftar hewan yang dilindungi dan tidak boleh diburu.
4.2 Saran
Berdasarkan
kesimpulan dan keseluruhan makalah ini kami ingin memberikan beberapa saran
sebagai berikut:
1.
Pemerintah dalam
melakukan konservasi Komodo harus dipermantap lagi agar eksistensi komodo tetap
terjamin.
2.
Bagi para
penulis KTI selanjutnya dalam pengerjaan KTI harus bekerjasama dengan anggota
kelompok dan Pembimbing masing-masing.
DAFTAR
PUSTAKA
KARTU KONSULTASI
No
|
Hari/Tanggal
|
Materi Bimbingan
|
Siswa Yang menghadap
|
Paraf
|
1
|
Jumat,3-2-2016
|
Pengajuan Judul karya Tulis
|
1. Tirta
Kusumah
2. Reni Kuriati
3. Anggita
Hayu
4. Frida
Afni R
|
|
2
|
Sabtu,4-2-2016
|
Perumusan Materi Karya Tulis
|
1. Anggita
Hayu
2. Frida
Afni
3. Reni
Kurniati
4. Tirta
Kusumah
|
|
3
|
Senin,6-2-2016
|
Pengajuan Materi
BAB 1-2
Karya Tulis Ilmiah
|
1. Anggita
Hayu
2. Frida
Afni
3. Reni
Kurniati
4. Tirta
Kusumah
|
|
|
Sabtu,11-2-2016
|
Pengajuan Materi BAB 3
|
1. Anggita
Hayu
2. Frida
Afni
3. Reni
Kurniati
4. Tirta
Kusumah
|
|
4
|
Sabtu,21-2-2016
|
Kesimpulan dan saran
|
1. Anggita
Hayu
2. Frida
Afni
3. Reni
Kurniati
4. Tirta
Kusumah
|
|
5
|
Selasa,23-3-2016
|
Revisi BAB 1-3,Kesimpulan,dan saran
|
1. Anggita
Hayu
2. Frida
Afni
3. Reni
Kurniati
4. Tirta
Kusumah
|
|
6
|
Jumat,26-2-2016
|
Pengesahan Karya Tulis ilmiah
|
1. Anggita
Hayu
2. Frida
Afni
3. Reni
Kurniati
4. Tirta
Kusumah
|
|