LAPORAN
KEGIATAN OBSERVASI HUTAN MANGROVE
PANGANDARAN
DI
BUAT OLEH:
NAMA
: TIRTA KUSUMAH
KELAS
: 9A
SEKOLAH
: SMP NEGERI 1 PANGANDARAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah -Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan observasi di taman nasional gunung
ceremai tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa kami sampaikan
kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan syafa’at
bagi kita membimbing dari zaman kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
Kami sadar dalam
penyusunan laporan observasi ini masih jauh dari sempurna, mudah -mudahan dapat
bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran selalu kami tunggu guna
kesempurnaan.
Ucapan
terimakasih kami sampaikan kepada segenap teman - teman yang telah membantu
baik secara moril maupun tenaga guna penyelesaian laporan observasi ini. Juga
kepada pihak terkait yang membantu kelancaran penyusunan laporan observasi ini
kami ucapkan banyak terima kasih.
Akhirnya kami
selaku penyusun laporan observasi ini mengucapkan permohonan maaf yang sebesar
- besarnya apabila dalam penyusunan laporan observasi ini masih jauh dari
kesempurnaan.
Pangandaran, 09
November 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
HUTAN mangrove
adalah hutan yang berada di daerah tepi pantai yang dipengaruhi oleh pasang
surut air laut, sehingga lantai hutannya selalu tergenang air. Menurut Steenis
(1978) mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh di antara garis pasang surut.
Nybakken (1988) bahwa hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk
menggambarkan suatu komunitas pantai tropik didominasi oleh beberapa spesies
pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam
perairan asin.
Beberapa jenis
umum yang dijumpai di Indonesia adalah Bakau (Rhizophora), Api-api(Avicennia),
Pedada(Sonneratia), Tanjang (Bruguiera), Nyirih (Xylocarpus).
Komposisi jenis
tumbuhan penyusun ekosistem ditentukan oleh beberapa faktor lingkungan,
terutama jenis tanah, genangan pasangan pasang surut dan salinitas (Bengen
2001). Pada wilayah pesisir yang terbuka, jenis pohon yang dominan dan
merupakan pohon perintis umumnya adalah api-api dan pedada. Api-api lebih
senang hidup pada tanah berpasir agak keras, sedangkan pedada pada tanah yang
berlumpur lembut. Pada daerah yang terlindung dari hempasan ombak, komunitas
mangrove biasanya didominasi oleh pohon bakau. Lebih kearah daratan (hulu),
pada tanah lempung yang agak pejal biasanya tumbuh komunitas tanjang. Nipa
(Nypa) merupakan sejenis palma dan merupakan komponen penyusun ekosistem
mangrove sering kali tumbuh di tepian sungai lebih ke hulu, pengaruh aliran air
tawar dominan. Komunitas Nipa(Nypa fruticans) tumbuh secara optimal di kiri
kanan sungai-sungai besar Sumatra, Kalimantan dan Irian Jaya. Parameter
lingkungan yang utama yang menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan
mangrove adalah:
Ø Pasokan
air tawar dan salinitas
Ø Stabilitas
substrat
Ø Pasokan
nutrien
Ketersediaan air
tawar dan salinitas (kadar garam) mengendalikan efisiensi metabolisme dari
ekosistim mangrove. Ketersediaan air bergantung pada:
Ø Frekuensi
dan volume aliran air tawar
Ø Frekuensi
dan volume pertukaran pasang surut
Ø Tingkat
evavorasi
Stabilitas
substrat, kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan mangrove adalah nibah
(ratio) antara laju erosi dan pengendapan sedimen, yang sangat dipengaruhi oleh
kecepatan aliran air tawar dan muatan sedimen yang dikandungnya, laju
pembilasan oleh arus pasang surut, dan gaya gelombang. Sedang pasokan nutrien
bagi ekosistem mangrove ditentukan oleh berbagai proses yang saling yang
terkait, meliputi input/export dari ion-ion mineral anorganik dan bahan organik
serta pendaurulangan nutrien secara internal melalui jaring makanan berbasis
detritus. Konsentrasi relatif dan nisbah (ratio) optimal dari nutrien yang
diperlukan untuk pemeliharaan produktivitas ekosistem dan ditentukan oleh :
Ø Frekuensi,jumlah
dan lamanya penggenangan oleh air asin atau air tawar
Ø Dinamika
sirkulasi internal dari kompleks detritus (Odum 1982)
Secara biologi
yang menyangkut rantai makanan, ekosistem mangrove merupakan produsen primer
melalui serasah yang dihasilkan. Serasah hutan setelah melalui dekomposisi oleh
sejumlah mikroorganisme, menghasilkan detritus dan berbagai jenis fitoplankton
yang akan dimanfaatkan oleh konsumen primer yang terdiri dari zooplankton, ikan
dan udang, kepiting sampai akhir dimangsa oleh manusia sebagai konsumen utama.
Vegetasi hutan mangrove juga merupakan pendaur ulang hara tanah yang diperlukan
bagi tanaman.
B. Tujuan
Mendeskripsikan
karakteristik hutan mangrove
Mengidentifikasi
pola interaksi pada ekosistem yang berada di hutan managrove
Mengidentifikasi
struktur tumbuhan tingkat tinggi dan tumbuhan tingkat rendah.
Mengidentifikasi
dominasi hewan tingkat tinggi dan hewan tingkat rendah.
Mengidentifikasi
temuan-temuan/permasalahkan yang ditemukan di tempat observasi dan solusi
permasalahan masalah
Memprediksi dan
mempersentasikan mengenai keragaman jeenis, kepadatan, dominasi.
BAB II
Tinjauan Teori
A. Pengertian
Hutan Mangrove
Hutan
bakau atau hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis
pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut.
Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan
akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang
terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana
air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu
Hutan mangrove
adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut.
Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri
tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove
mempunyai sistem perakaran yang menonjolyang disebut akar nafas
(pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap
keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob.
Hutan Bakau
(mangrove) merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh
beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah
pasang surut pantai berlumpur (Bengen, 2000). Sementara ini wilayah pesisir didefinisikan
sebagai wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut. Batas wilayah
pesisir di daratan ialah daerah-daerah yang tergenang air maupun yang
tidak tergenang air dan masih dipengaruhi oleh proses-proses bahari seperti pasang
surutnya laut, angin laut dan intrusi air laut, sedangkan batas wilayah
pesisir di laut ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses
alami di daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta
daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan
seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
B. Karakteristik
Ekosistem Mangrove
Karakteristik
terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik,
adalah :
memiliki jenis
pohon yang relatif sedikit.
memiliki akar
tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan
menjulang pada bakau Rhizophora spp, serta akar yang mencuat vertikal
seperti pensil pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia
spp.
memiliki biji
(propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya, khususnya
pada Rhizophora.
memiliki banyak
lentisel pada bagian kulit pohon.
Sedangkan tempat
hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-ciri khusus,
diantaranya adalah :
tanahnya
tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada
saat pasang pertama;
tempat tersebut
menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;
daerahnya
terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;
airnya berkadar
garam (bersalinitas) payau (2 - 22 o/oo) hingga asin.
C. Karakteristik
Fisik Yang Penting Habitat Hutan Mangrove
Hutan mangrove
mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu
berdaun. Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai
faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang
air terus menerus. Meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram
(halophytes), namun mangrove lebih bersifat facultative daripada bersifat
obligative karena dapat tumbuh dengan baik di air tawar. Mangrove juga berbeda
dari hutan darat, dalam hal ini jenis-jenis mangrove tertentu tumbuh
menggerombol di tempat yang sangat luas. Disamping Rhizophora spp, jenis
penyusun utama mangrove lainnya dapat tumbuh secara “coppice”. Asosiasi hutan
mangrove selain terdiri dari sejumlah jenis yang toleran terhadap air asin dan
lingkungan lumpur, bahkan juga dapat berasosiasi dengan hutan air payau di
bagian hulunya yang hampir seluruhnya terdiri atas tegakan nipah Nypa fruticans.
D. Manfaat
dan Fungsi Mangrove
Kawasan pesisir
dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara
timbal balik (Siregar dan Purwaka, 2002). Masing-masing elmen dalam ekosistem
memiliki peran dan fungsi yang saling mendukung. Kerusakan salah satu komponen
ekosistem dari salah satunya (daratan dan lautan) secara langsung berpengaruh
terhadap keseimbangan ekosistem keseluruhan. Hutan mangrove merupakan
elemen yang paling banyak berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan
menetralisir bahan-bahan pencemar.
Secara Fisik
1) Penahan
abrasi pantai.
2) Penahan
intrusi (peresapan) air laut.
3) Penahan
angin.
4) Menurunkan
kandungan gas karbon dioksida (CO2) di udara, dan bahan-bahan pencemar di
perairan rawa pantai.
5) Penyerapan
karbon. Proses fotosentesis mengubah karbon anorganik (C02) menjadi karbon
organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini
membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai (C02). Akan
tetapi hutan bakau justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak
membusuk. Karena itu, hutan bakau lebih berfungsi sebagai penyerap karbon
dibandingkan dengan sumber karbon.
6) Memelihara
iklim mikro. Evapotranspirasi hutan bakau mampu menjaga kelembaban dan
curah hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga.
7) Mencegah
berkembangnya tanah sulfat masam. Keberadaan hutan bakau dapat mencegah
teroksidasinya lapisan pirit dan menghalangi berkembangnya kondisi alam.
8) Pengendapan
lumpur. Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses pengendapan
lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan unsur
hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel
lumpur. Dengan hutan bakau, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur
erosi.
9) Penambah
unsur hara. Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan
terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara
yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.
10) Penambat
racun. Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat
pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah
air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses penambatan
racun secara aktif
Secara Biologi
1) Tempat
hidup (berlindung, mencari makan, pemijahan dan asuhan) biota laut seperti ikan
dan udang).
2) Sumber
bahan organik sebagai sumber pakan konsumen pertama (pakan cacing, kepiting dan
golongan kerang/keong), yang selanjutnya menjadi sumber makanan bagi konsumen
di atasnya dalam siklus rantai makanan dalam suatu ekosistem.
3) Tempat
hidup berbagai satwa langka, seperti burung. Lebih dari 100 jenis burung
hidup disini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan bakau
merupakan tempat mendaratnya ribuan burug pantai ringan migran, termasuk jenis
burung langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus).
4) Sumber
plasma nutfah. Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya
baik bagi perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untuk memelihara
populasi kehidupan liar itu sendiri.
5) Memelihara
proses-proses dan sistem alami. Hutan bakau sangat tinggi peranannya dalam
mendukung berlangsungnya proses-proses ekologi, geomorfologi, atau geologi di
dalamnya.
Secara
Sosial dan Ekonomi
1) Tempat
kegiatan wisata alam (rekreasi, pendidikan dan penelitian). Hutan bakau
memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun dari kehidupan yang
ada di dalamnya. Selain itu, dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, hutan mangrove berperan sebagai laboratorium lapang yang baik
untuk kegiatan penelitian dan pendidikan.
2) Penghasil
kayu untuk kayu bangunan, kayu bakar, arang dan bahan baku kertas,
serta daun nipah untuk pembuatan atap rumah.
3) Penghasil
tannin untuk pembuatan tinta, plastik, lem, pengawet net dan penyamakan kulit.
4) Penghasil
bahan pangan (ikan/udang/kepiting, dan gula nira nipah), dan obat-obatan
(daun Bruguiera sexangula untuk obat penghambat tumor, Ceriops
tagal dan Xylocarpus mollucensis untuk obat sakit gigi, dan
lain-lain).
5) Tempat
sumber mata pencaharian masyarakat nelayan tangkap dan petambak., dan pengrajin
atap dan gula nipah.
6) Transportasi.
Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang
paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.
BAB III
KESIMPULAN DAN
SARAN
A.kesimpulan
Hutan bakau
sebagai salah satu dari tipe formasi hutan, adalah komunitas hutan tersendiri
yang merupakan tumbuhan utama intertidal tropic, dan terdiri atas banyak flora
dan fauna yang hidup di area sub tropic pesisir pantai. Dengan demikian dapat
dipahami keberadaannya yang khas dan tempat tumbuhnya terbatas sehingga perlu
diamankan dari berbagai bentuk intervensi.Hutan bakau dengan keragaman
hayatinya juga menyimpan khazanah ilmu pengetahuan tentang flora dan fauna yang
memiliki makna bagi kebutuhan hidup manusia dalam berbagai aspeknya.
B.Saran
Sebagai manusia
kita harus Salingberbagi dengan alam dan juga harus saling mengerti kita
sebagai manusia jangan lah menebang pohon sembarangan dan terlalu Banyak
memotong pohon karena tidak akan baik bagi kehidupan
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Post a Comment