Seorang Perencana wilayah dan Kota itu memiliki tanggung jawab yang besar layaknya seorang dokter terhadap pasiennya dan memiliki aturan atau rules yang tidak boleh di langgar.
dan seorang perencana pun memiliki 7 aturan atau dosa yang tidak boleh dilanggar
TUJUH DOSA
PERENCANA
1 Dalam konteks ini, negara yang justru
semakin bertambah miskin itu, biasanya adalah sumber dari kesalahan para
perencana pembangunan yang mengantisipasi dan memilih strategi mana yang
seyogyanya diterapkan. Serangkaian kesalahan yang dilakukan oleh para perencana
pembangunan itu sebagai berikut :
1. Permainan
Angka.
Salah satu dosa besar perencana pembangunan, mereka
pemuja angka. Diam-diam mereka menganggap apa yang dapat diukur diabaikan.
Akibatnya, terlalu banyak tenaga kerja yang dihabiskan untuk menciptakan
model-model ekonometri; tidak cukup banyak untuk merumuskan kebijaksanaan
ekonomi atau menilai proyek.
2. Pengendalian
yang Berlebihan.
Para perencana cinta dengan pengendalian langsung atas
ekonomi. Cepat sekali dianggapnya kalau merencanakan pembangunan itu berarti
mendorong sektor pemerintah dan menjalankan berbagai pengendalian birokrasi
guna mengatur kegiatan ekonomi, terutama di sektor swasta. Sungguh aneh,
masyarakat yang umumnya kekurangan perangkat administrasi yang baik justru main
coba-coba dengan berbagai pengendalian administratif yang kaku. Pengendalian
yang berlebihan berwujud birokrasi yang berbelit ini, meliputi perijinan yang
sulit, prosedur yang mesti melalui banyak meja dengan banyak pula uang-uang
semir yang mesti dikeluarkan, pada akhirnya menjadi bumerang bagi perekonomian
negaranya masing-masing.
3. Asyik
Untuk Menghitung Tingkat Penanaman Modal.
Setelah banyak negara sadar bahwa pembentukan modal
adalah inti proses pembangunan, lalu mereka tidak henti-hentinya memeriksa
apakah penanaman modal naik atau turun. Tidak jadi soal terdiri atau tidak;
sampai berapa jauh penanaman modal berbentuk sumber daya manusia dibanding
dalam bentuk sarana fisik lebih bermanfaat; prioritas apa yang mesti
diperhatikan, dan sebagainya
4. Kecanduan
Mode-Mode Pembangunan.
Kita telah menyaksikan beberapa macam mode pembangunan
melanda dunia dalam dua warsa terakhir ini. Para perencana seringkali mau saja
menjadi korban mode yang sering berubah-ubah itu; ini sebagian karena mereka
harus menjaga jangan sampai tertinggal ke belakang dalam usaha mengejar
pembangunan, dan sebagian lagi karena mereka mungkin tidak turut menganut jalan
pikiran yang sedang jadi mode di kalangan negara pemberi bantuan.
5. Membedakan
Antara Perencanaan dan Pelaksanaan.
Kalau didesak terus mengapa, mereka umumnya akan
menjawab, tanggung jawab mereka membuat rencana pembangunan, sedangkan
tugas melaksanakannya jatuh ke puncak seluruh sistem politik dan ekonomi.
Ini tidak lain dari sebuah alasan yang dicari-cari. Sebuah rencana yang baik
biasanya disertai bagan langkah-langkah yang perlu diambil untuk
melaksanakannya. Rencana itu harus berisi saran-saran rinci mengenai semua
kebijaksanaan yang harus dijalankan, perubahan lembaga yang harus diadakan,
kerangka administrasi yang harus dibangun, dan proyek-proyek yang telah dinilai
dengan cermat dan yang diperlukan untuk mewujudkannya. Rencana yang baik harus
berpijak pada anggapan politik yang berdasar kenyataan. Para perencana harus
tetap mengikuti dan menilai rencana itu selama dilaksanakan, agar perbaikkan
yang diperlukan dapat dilaksanakan pada waktunya.
6. Kecenderungan
Mengabaikan Sumber Daya Manusia.
Meskipun banyak sanggahan, tapi umumnya di
sebagian besar negara sedang berkembang, terutama di Asia Selatan, sedikit
sekali modal yang ditanam untuk mengembangkan sumber daya manusia. Sebabnya
sebagian, penanaman modal semacam itu lama baru memberi hasil dan bukti
kuantitatif tidak ada mengenai hubungan antara penanaman modal semacam itu dan
hasilnya. Namun demikian, banyak contoh yang dapat dilihat mengenai apa-apa
yang dapat dicapai jika sumber daya manusia dikembangkan. Salah satu contoh
yang paling menarik adalah Cina. Dalam waktu singkat, Cina kelihatannya telah
berhasil menyebarluaskan ketrampilan teknik dan kejuruan pada sebagian besar
tenaga kerjanya dan pendidikan dasar pada sebagian besar tenaga kerjanya dan
pendidikan dasar pada hampir seluruh rakyatnya. Jangka waktu yang pendek antara
saat modal dan hasil yang dapat diperik diperpendek dengan cara memusatkan
perhatian pada kegiatan memberikan latihan kejuruan jangka pendek (misalnya
dokter kaki telanjang yang terkenal itu) dan bukan pada pendidikan liberal atau
latidan menyeluruh. Modal diganti dengan organisasi, sehingga ekonomi bekerja
penuh tercapai meski modal terbatas. Penduduk dan tenaga kerja yang
melimpah-ruah telah berhasil dari beban menjadi kenyataan melalui penanaman
modal yang bijaksana dalam sumber daya manusia.
7. Pertumbuhan
Tanpa Keadilan.
Perencana pembangunan terlalu terpukau oleh laju
pertumbuhan GNP yang tinggi dan mengabaikan tujuan sebenarnya dari usaha
pembangunan. Ini dosanya yang paling tidak dimaafkan. Di negara demi negara,
pertumbuhan ekonomi disertai jurang perbedaan pendapatan, antar perorangan
maupun antar daerah, yang makin menganga. Dari negara ke negara rakyat nyentuh
kehidupan sehari-hari mereka. Pertumbuhan ekonomi seringkali berarti sedikit
sekali keadilan. Pertumbuhan ekonomi selama ini selalu diikuti pengangguran
yang meningkat, pelayanan social yang semakin buruk, dan kemiskinan absolut dan
relatif yang makin menjadi-jadi.
Global Paradox
Adalah suatu kegiatan untuk memilih dua pilihan yang
sama sama penting tanpa melupakan pilihan yang satunya lagi
Semoga dapat membuat kita sebagai perencana tidak salah dalam melakukan perencanana dan tidak merugikan Masyarakat
0 komentar:
Post a Comment