Thursday, November 8, 2018

7 Dosa seorang Perencanaan dan Global Paradox

Seorang Perencana wilayah dan Kota itu memiliki tanggung jawab yang besar layaknya seorang dokter terhadap pasiennya dan memiliki aturan atau rules yang tidak boleh di langgar.
dan seorang perencana pun memiliki 7 aturan atau dosa yang tidak boleh dilanggar 

     TUJUH  DOSA PERENCANA 
1    Dalam konteks ini, negara yang justru semakin bertambah miskin itu, biasanya adalah sumber dari kesalahan para perencana pembangunan yang mengantisipasi dan memilih strategi mana yang seyogyanya diterapkan. Serangkaian kesalahan yang dilakukan oleh para perencana pembangunan itu sebagai berikut :

1.      Permainan Angka.
Salah satu dosa besar perencana pembangunan, mereka pemuja angka. Diam-diam mereka menganggap apa yang dapat diukur diabaikan. Akibatnya, terlalu banyak tenaga kerja yang dihabiskan untuk menciptakan model-model ekonometri; tidak cukup banyak untuk merumuskan kebijaksanaan ekonomi atau menilai proyek.

2.      Pengendalian yang Berlebihan.
Para perencana cinta dengan pengendalian langsung atas ekonomi. Cepat sekali dianggapnya kalau merencanakan pembangunan itu berarti mendorong sektor pemerintah dan menjalankan berbagai pengendalian birokrasi guna mengatur kegiatan ekonomi, terutama di sektor swasta. Sungguh aneh, masyarakat yang umumnya kekurangan perangkat administrasi yang baik justru main coba-coba dengan berbagai pengendalian administratif yang kaku. Pengendalian yang berlebihan berwujud birokrasi yang berbelit ini, meliputi perijinan yang sulit, prosedur yang mesti melalui banyak meja dengan banyak pula uang-uang semir yang mesti dikeluarkan, pada akhirnya menjadi bumerang bagi perekonomian negaranya masing-masing.

3.      Asyik Untuk Menghitung Tingkat Penanaman Modal.
Setelah banyak negara sadar bahwa pembentukan modal adalah inti proses pembangunan, lalu mereka tidak henti-hentinya memeriksa apakah penanaman modal naik atau turun. Tidak jadi soal terdiri atau tidak; sampai berapa jauh penanaman modal berbentuk sumber daya manusia dibanding dalam bentuk sarana fisik lebih bermanfaat; prioritas apa yang mesti diperhatikan, dan sebagainya

4.      Kecanduan Mode-Mode Pembangunan.
Kita telah menyaksikan beberapa macam mode pembangunan melanda dunia dalam dua warsa terakhir ini. Para perencana seringkali mau saja menjadi korban mode yang sering berubah-ubah itu; ini sebagian karena mereka harus menjaga jangan sampai tertinggal ke belakang dalam usaha mengejar pembangunan, dan sebagian lagi karena mereka mungkin tidak turut menganut jalan pikiran yang sedang jadi mode di kalangan negara pemberi bantuan.

5.      Membedakan Antara Perencanaan dan Pelaksanaan.
Kalau didesak terus mengapa, mereka umumnya akan menjawab, tanggung jawab mereka membuat rencana pembangunan, sedangkan tugas  melaksanakannya jatuh ke puncak seluruh sistem politik dan ekonomi. Ini tidak lain dari sebuah alasan yang dicari-cari. Sebuah rencana yang baik biasanya disertai bagan langkah-langkah yang perlu diambil untuk melaksanakannya. Rencana itu harus berisi saran-saran rinci mengenai semua kebijaksanaan yang harus dijalankan, perubahan lembaga yang harus diadakan, kerangka administrasi yang harus dibangun, dan proyek-proyek yang telah dinilai dengan cermat dan yang diperlukan untuk mewujudkannya. Rencana yang baik harus berpijak pada anggapan politik yang berdasar kenyataan. Para perencana harus tetap mengikuti dan menilai rencana itu selama dilaksanakan, agar perbaikkan yang diperlukan dapat dilaksanakan pada waktunya.

6.      Kecenderungan Mengabaikan Sumber Daya Manusia.
          Meskipun banyak sanggahan, tapi umumnya di sebagian besar negara sedang berkembang, terutama di Asia Selatan, sedikit sekali modal yang ditanam untuk mengembangkan sumber daya manusia. Sebabnya sebagian, penanaman modal semacam itu lama baru memberi hasil dan bukti kuantitatif tidak ada mengenai hubungan antara penanaman modal semacam itu dan hasilnya. Namun demikian, banyak contoh yang dapat dilihat mengenai apa-apa yang dapat dicapai jika sumber daya manusia dikembangkan. Salah satu contoh yang paling menarik adalah Cina. Dalam waktu singkat, Cina kelihatannya telah berhasil menyebarluaskan ketrampilan teknik dan kejuruan pada sebagian besar tenaga kerjanya dan pendidikan dasar pada sebagian besar tenaga kerjanya dan pendidikan dasar pada hampir seluruh rakyatnya. Jangka waktu yang pendek antara saat modal dan hasil yang dapat diperik diperpendek dengan cara memusatkan perhatian pada kegiatan memberikan latihan kejuruan jangka pendek (misalnya dokter kaki telanjang yang terkenal itu) dan bukan pada pendidikan liberal atau latidan menyeluruh. Modal diganti dengan organisasi, sehingga ekonomi bekerja penuh tercapai meski modal terbatas. Penduduk dan tenaga kerja yang melimpah-ruah telah berhasil dari beban menjadi kenyataan melalui penanaman modal yang bijaksana dalam sumber daya manusia.

7.      Pertumbuhan Tanpa Keadilan.
Perencana pembangunan terlalu terpukau oleh laju pertumbuhan GNP yang tinggi dan mengabaikan tujuan sebenarnya dari usaha pembangunan. Ini dosanya yang paling tidak dimaafkan. Di negara demi negara, pertumbuhan ekonomi disertai jurang perbedaan pendapatan, antar perorangan maupun antar daerah, yang makin menganga. Dari negara ke negara rakyat nyentuh kehidupan sehari-hari mereka. Pertumbuhan ekonomi seringkali berarti sedikit sekali keadilan. Pertumbuhan ekonomi selama ini selalu diikuti pengangguran yang meningkat, pelayanan social yang semakin buruk, dan kemiskinan absolut dan relatif yang makin menjadi-jadi.


Global Paradox
 Adalah suatu kegiatan untuk memilih dua pilihan yang sama sama penting tanpa melupakan pilihan yang satunya lagi

Semoga dapat membuat kita sebagai perencana tidak salah dalam melakukan perencanana dan tidak merugikan Masyarakat

0 komentar:

Post a Comment