Thursday, November 8, 2018

Contoh Pidato Presiden


Pidato adalah hal yang sering dilakukan oleh Presiden dan ini adalah salah satu contohnya Pidato Presiden Soeharto tahun 1988
Isi Pidato Presiden Soeharto dihadapan sidang DPR RI pada 16 Agustus 1988
Di tahun 1908 bangsa kita telah menyegarkan diri sehingga mampu meningkatkan perjuangan lokal menjadi perjuangan nasio-nal, meninggalkan cara-cara perjuangan pramoderen menjadi per-juangan moderen. Di tahun 1928 bangsa kita telah menyegarkan diri sehingga dapat bergerak maju dari perjuangan yang menonjol-kan paham-paham kedaerahan menjadi perjuangan sebagai satu bangsa yang bertanah air satu dan berbahasa nasional yang satu. Di tahun 1945 bangsa kita menyegarkan diri sehingga siap untuk menjadi bangsa yang merdeka, dan bersatu berdaulat dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Di tahun 1966 bangsa kita menyegarkan diri sehingga kita mampu memasuki tahap Pembangunan Jangka Panjang 25 tahun pertama. Sekarang dan di tahun-tahun yang akan datang, bangsa kita juga harus menyegarkan diri untuk bersiap-siap memasuki tahap tinggal landas dalam Pembangunan Jangka Panjang 25 tahun kedua.
Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air;
Kali ini, ulang tahun Hari Proklamasi Kemerdekaan kita pe-ringati dalam suasana penuh kegembiraan, persaudaraan yang akrab dan kesegaran, karena beberapa bulan yang lalu kita telah menyelenggarakan Sidang Umum MPR.
Suasana gembira meliputi kalbu kita semua karena Sidang Umum Majelis itu telah berjalan lancar, sukses dan selamat. Sua- sana persaudaraan yang akrab menyelimuti hati kita semua karena keputusan-keputusan Majelis yang mengejawantahkan kedaulatan rakyat telah diambil dengan hatiyang ikhlas, pikiran yang jernih serta semangat persatuan dan kesatuan nasional yang kokoh.



Kita merasakan kesegaran baru, karena secara bersama kita telah mengembangkan wawasan yang luas, mendasar dan mendalam dalam upaya-upaya kita menjawab tantangan dan aspirasi- aspirasi baru. Semuanya itu telah kita tuangkan dalam dokumen konstitusional yang sangat penting, ialah dalam GBHN 1988 dan keputusan-keputusan MPR lainnya. Hal itu terwujud berkat sema-ngat persatuan dan kenyalnya cara-cara yang telah kita tempuh dalam mempersiapkan dan melangsungkan.Sidang Umum MPR itu sendiri. Penyegaran diri juga kitarasakan berkat kemampuan kita bersama untuk menyalurkan secarakreatif semua aspirasi dan kekuatan yang telah dan akan muncul dalam masyarakat kita sebagai hasil dari pembangunan di segala bidang yang telah kita lakukan selama dua dasawarsa terakhir.
Kemampuan penyegaran diri yang demikian tadi harus tetap kita miliki dalam menghadapi perkembangan di dunia pada umumnya menjelang akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 mendatang. Kita perlu berpikir dalam kerangka dunia itu, karena kita adalah bagian dari dunia. Kesadaran bahwa perjuangan kita adalah bagian dari perjuangan yang meliputi seluruh dunia telah diungkapkan dalam kalimat pertama Pembukaan Undang-Undang Dasar '45.
Di sana dinyatakan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Pembukaan Undang-Undang Dasar juga menegaskan bahwa kita memikul tanggung jawab untuk ikut melaksanakan ketertibandunia yang berdasarkan kemerde-kaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.





Perjuangan bangsa kita memang dipengaruhi oleh perkem-bangan dunia. Bersamaan dengan itu perjuangan bangsa kita juga ikut mempengaruhi perkembangan dunia. Kita hidup saling berhubungan dan saling membutuhkan dengan bagian-bagian dunia yang lain, dengan bangsa-bangsa yang lain. Makin maju kita dalam pembangunan bangsa, akan makin mampu pula kita mengendalikan pengaruh perkembangan dunia terhadap perkem-bangan kita. Dan makin mampu pula kita ikut mempengaruhi per-kembangan dunia dalam rangka panggilan tugas mulia untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Ada tanda-tanda yang kuat bahwa menjelang akhir abad ke20 dan awal abad ke-21 ini dunia akan mengalami perubahan-perubahan yang besar dan mendasar dii berbagai bidang dan tingkatan. Tanggung jawab moral kita adalah ikut menghindar-kan dunia dari kehancuran karenaperang nuklir, karena ketidak-adilan antara Utara dan Selatan,karena ketidakadilan dalam pem-bangunan suatu negara dan karena kerusakan lingkungan hidup. Di mana-mana kita juga menyaksikan gejala krisis di berbagai bidang, antara lain di bidang moral dan spiritual.
Kita harus mengikuti dengan cermat perubahan-perubahan yang sedang dan akan berlangsung di dunia tadi, agar pada satu pihak, kita dapat memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari peluang yang dibawa perubahan itu bagi kelanjutan pembangunan kita dan dapat menghindarkan diri dari akibat-akibat negatif dari perubahan-perubahan tadi. Di lain pihak, melalui pembangunan yang kita lanjutkan, kita berusaha memberi sumbangan yang sebesar-besarnya kepada upaya seluruh umat manusia untuk me-nikmati kehidupan yang lebih tenteram, lebih maju dan lebih sejahtera dari yang dirasakan sampai sekarang.





Menyadari semua kemungkinan, tantangan dan harapan akan masa depan seperti yang saya gambarkan sekilas tadi, --baik di dalam negeri maupun di luarnegeri-- maka dalam melaksana-kan semua amanat MPR yang memberi tugas kepada saya selaku Presiden Republik ini, saya telah merumuskan Panca Krida Kabi-net Pembangunan V. Panca Krida itu berupa lima tugas pokok dan sekaligus sasaran untuk kurunwaktu lima tahun mendatang, yang meliputi:
Pertama : Melanjutkan, meningkatkan, memperdalam dan memperluas pelaksanaan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila yang bertumpu pada Trilogi Pembangunan dan ketahanan nasional.
Kedua : Meningkatkan disiplin nasional yang dipelopori oleh aparatur negara menuju terwujudnya peme-rintahan yang bersih dan berwibawa.
Ketiga : Membudayakan ideologi Pancasila, Demokrasi Pancasila dan P4 (Ekaprasetia Pancakarsa) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan ber-negara.
Keempat : Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional.
Kelima : Melaksanakan pemilihan umum yang langsung, umum, bebas dan rahasia dalam tahun 1992

Continue reading Contoh Pidato Presiden

7 Dosa seorang Perencanaan dan Global Paradox

Seorang Perencana wilayah dan Kota itu memiliki tanggung jawab yang besar layaknya seorang dokter terhadap pasiennya dan memiliki aturan atau rules yang tidak boleh di langgar.
dan seorang perencana pun memiliki 7 aturan atau dosa yang tidak boleh dilanggar 

     TUJUH  DOSA PERENCANA 
1    Dalam konteks ini, negara yang justru semakin bertambah miskin itu, biasanya adalah sumber dari kesalahan para perencana pembangunan yang mengantisipasi dan memilih strategi mana yang seyogyanya diterapkan. Serangkaian kesalahan yang dilakukan oleh para perencana pembangunan itu sebagai berikut :

1.      Permainan Angka.
Salah satu dosa besar perencana pembangunan, mereka pemuja angka. Diam-diam mereka menganggap apa yang dapat diukur diabaikan. Akibatnya, terlalu banyak tenaga kerja yang dihabiskan untuk menciptakan model-model ekonometri; tidak cukup banyak untuk merumuskan kebijaksanaan ekonomi atau menilai proyek.

2.      Pengendalian yang Berlebihan.
Para perencana cinta dengan pengendalian langsung atas ekonomi. Cepat sekali dianggapnya kalau merencanakan pembangunan itu berarti mendorong sektor pemerintah dan menjalankan berbagai pengendalian birokrasi guna mengatur kegiatan ekonomi, terutama di sektor swasta. Sungguh aneh, masyarakat yang umumnya kekurangan perangkat administrasi yang baik justru main coba-coba dengan berbagai pengendalian administratif yang kaku. Pengendalian yang berlebihan berwujud birokrasi yang berbelit ini, meliputi perijinan yang sulit, prosedur yang mesti melalui banyak meja dengan banyak pula uang-uang semir yang mesti dikeluarkan, pada akhirnya menjadi bumerang bagi perekonomian negaranya masing-masing.

3.      Asyik Untuk Menghitung Tingkat Penanaman Modal.
Setelah banyak negara sadar bahwa pembentukan modal adalah inti proses pembangunan, lalu mereka tidak henti-hentinya memeriksa apakah penanaman modal naik atau turun. Tidak jadi soal terdiri atau tidak; sampai berapa jauh penanaman modal berbentuk sumber daya manusia dibanding dalam bentuk sarana fisik lebih bermanfaat; prioritas apa yang mesti diperhatikan, dan sebagainya

4.      Kecanduan Mode-Mode Pembangunan.
Kita telah menyaksikan beberapa macam mode pembangunan melanda dunia dalam dua warsa terakhir ini. Para perencana seringkali mau saja menjadi korban mode yang sering berubah-ubah itu; ini sebagian karena mereka harus menjaga jangan sampai tertinggal ke belakang dalam usaha mengejar pembangunan, dan sebagian lagi karena mereka mungkin tidak turut menganut jalan pikiran yang sedang jadi mode di kalangan negara pemberi bantuan.

5.      Membedakan Antara Perencanaan dan Pelaksanaan.
Kalau didesak terus mengapa, mereka umumnya akan menjawab, tanggung jawab mereka membuat rencana pembangunan, sedangkan tugas  melaksanakannya jatuh ke puncak seluruh sistem politik dan ekonomi. Ini tidak lain dari sebuah alasan yang dicari-cari. Sebuah rencana yang baik biasanya disertai bagan langkah-langkah yang perlu diambil untuk melaksanakannya. Rencana itu harus berisi saran-saran rinci mengenai semua kebijaksanaan yang harus dijalankan, perubahan lembaga yang harus diadakan, kerangka administrasi yang harus dibangun, dan proyek-proyek yang telah dinilai dengan cermat dan yang diperlukan untuk mewujudkannya. Rencana yang baik harus berpijak pada anggapan politik yang berdasar kenyataan. Para perencana harus tetap mengikuti dan menilai rencana itu selama dilaksanakan, agar perbaikkan yang diperlukan dapat dilaksanakan pada waktunya.

6.      Kecenderungan Mengabaikan Sumber Daya Manusia.
          Meskipun banyak sanggahan, tapi umumnya di sebagian besar negara sedang berkembang, terutama di Asia Selatan, sedikit sekali modal yang ditanam untuk mengembangkan sumber daya manusia. Sebabnya sebagian, penanaman modal semacam itu lama baru memberi hasil dan bukti kuantitatif tidak ada mengenai hubungan antara penanaman modal semacam itu dan hasilnya. Namun demikian, banyak contoh yang dapat dilihat mengenai apa-apa yang dapat dicapai jika sumber daya manusia dikembangkan. Salah satu contoh yang paling menarik adalah Cina. Dalam waktu singkat, Cina kelihatannya telah berhasil menyebarluaskan ketrampilan teknik dan kejuruan pada sebagian besar tenaga kerjanya dan pendidikan dasar pada sebagian besar tenaga kerjanya dan pendidikan dasar pada hampir seluruh rakyatnya. Jangka waktu yang pendek antara saat modal dan hasil yang dapat diperik diperpendek dengan cara memusatkan perhatian pada kegiatan memberikan latihan kejuruan jangka pendek (misalnya dokter kaki telanjang yang terkenal itu) dan bukan pada pendidikan liberal atau latidan menyeluruh. Modal diganti dengan organisasi, sehingga ekonomi bekerja penuh tercapai meski modal terbatas. Penduduk dan tenaga kerja yang melimpah-ruah telah berhasil dari beban menjadi kenyataan melalui penanaman modal yang bijaksana dalam sumber daya manusia.

7.      Pertumbuhan Tanpa Keadilan.
Perencana pembangunan terlalu terpukau oleh laju pertumbuhan GNP yang tinggi dan mengabaikan tujuan sebenarnya dari usaha pembangunan. Ini dosanya yang paling tidak dimaafkan. Di negara demi negara, pertumbuhan ekonomi disertai jurang perbedaan pendapatan, antar perorangan maupun antar daerah, yang makin menganga. Dari negara ke negara rakyat nyentuh kehidupan sehari-hari mereka. Pertumbuhan ekonomi seringkali berarti sedikit sekali keadilan. Pertumbuhan ekonomi selama ini selalu diikuti pengangguran yang meningkat, pelayanan social yang semakin buruk, dan kemiskinan absolut dan relatif yang makin menjadi-jadi.


Global Paradox
 Adalah suatu kegiatan untuk memilih dua pilihan yang sama sama penting tanpa melupakan pilihan yang satunya lagi

Semoga dapat membuat kita sebagai perencana tidak salah dalam melakukan perencanana dan tidak merugikan Masyarakat
Continue reading 7 Dosa seorang Perencanaan dan Global Paradox